“Jika ada satu yang selalu dirindukan dan kadang dapat dicapai, itu adalah cinta manusia.” (Sampar, Albert Camus)*

~ Refleksi Situasi Pandemi Covid19

Virus Covid19 memporak-porandakan tatanan hidup. Biasanya kerja bareng kolega, asyik kerja tim dan berkegiatan ini itu di ruang publik. Biasanya saling berkunjung ke rumah sahabat dan kerabat, atau kunjungan bela rasa pada situasi tertentu. Sekarang tidak bisa karena virus tak kasat mata ini.  Ia melintasi strata kelas dan golongan. Tidak ada yang luput dari dia. Dia tidak pilih-pilih identitas. Semua bisa kena. Lalu, apa yang tersisa jika setiap manusia terkena virus ini? Manusia bisa punah. Punah karena memang menjadi korban keganasan virus dan punah karena kemanusiaan bisa mati juga saat interaksi dengan sesama terhenti.

Novel Sampar, karya Albert Camus kemudian menjadi salah satu yang paling saya sering baca, dibolak-balik semasa pandemi ini. Novel ini juga lalu sering dibahas oleh para insan pemerhati kemanusiaan dalam berbagai aspek. Dalam novel itu, saya diajak berkaca bahwa demikianlah, masa pandemi akan memperlihatkan kita pada berbagai sifat manusia. Saya diajak untuk memilih saat saya masih diberi kesempatan untuk hidup, saya akan menjadi manusia seperti apa, terutama dalam situasi sulit seperti pada masa pandemi ini.  Kutipan yang menjadi judul tulisan pendek ini adalah pilihan saya. Saya memilih untuk menjadi manusia yang mau dan mampu mencintai, hingga detik terakhir yang diberikan kepada saya.

Cinta itu yang menggerakkan saya untuk berbela rasa kepada siapa saja dan apa saja, berusaha sekuat-kuatnya, sejauh dibutuhkan, dalam berbagai bentuk dan upaya, sebisa-bisanya, untuk meringankan penderitaan sesama selama masa pandemi. Shelter Syantikara memberikan saya kesempatan untuk itu. Dengan berbela rasa saya ingin berdialog dengan kematian yang membayangi setiap insan yang berkesempatan hidup lebih lama dalam masa pandemi. Dengan berbela rasa, saya menerima alasan mengapa saya berkesempatan hidup hingga saat ini. Bela rasa yang kita lakukan adalah untuk meneruskan hal-hal yang belum sempat dilakukan oleh para insan yang mendahului kita selama masa pandemi. Mari kita gunakan kesempatan yang dianugerahkan kepada kita ini sebaik-baiknya.

AMDG ~ Ad Maiorem Dei Gloriam

Pudji Tursana

Syantis 1994 – posma 9 hari

Tinggalkan komentar